Almyra Febriana F (02) - Pemberontakan APRA


 

Komentar

  1. apa latar belakang dan tujuan dari pemberontakan apra?? dan jelakan bagaimana akhir dari pemberontakan apra!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. - Latar Belakang Pemberontakan APRA
      Latar belakang timbulnya pemberontakan APRA adalah mulai dibubarkannya negara bagian bentukan Belanda di Republik Indonesia Serikat (RIS) yang bergabung kembali ke Republik Indonesia.

      APRA tidak menyetujui adanya rencana pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS) melalui hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag tahun 1949.

      Seperti diketahui hasil dari KMB termasuk di antaranya memutuskan bahwa kerajaan Belanda akan menarik pasukan KL (Koninklijk Leger) dari Indonesia, sementara tentara KNIL akan dibubarkan dan akan dimasukkan ke dalam kesatuan-kesatuan TNI .

      Dari hasil tersebut, akhirnya APRA dan Westerling mencoba melakukan kudeta pada Januari 1950

      - Pemberontakan APRA di Jawa Barat pada tahun 1950 mempunyai tujuan utama untuk melakukan kudeta terhadap pemerintah Republik Indonesia, merencanakan pembubaran kabinet, serta membunuh para petinggi pemerintahan Indonesia di Jakarta.

      - Akhir Pemberontakan APRA:
      Pada Januari 1950, Presiden RIS Sukarno menunjuk Hamid sebagai menteri negara tanpa portofolio sekaligus koordinator tim perumusan lambang negara.

      Menteri tanpa portofolio adalah menteri pemerintahan tanpa tanggung jawab spesifik atau tidak mengepalai kementerian tertentu.

      Dalam sidang kabinet 10 Januari 1950, Hamid membentuk Panitia Lencana Negara. Kemudian, diadakan sayembara pembuatan lambang negara. Di sisi lain, Hamid menjalin mufakat dengan Westerling karena ingin mempertahankan negara federal dan kecewa dengan jabatannya yang hanya sebagai menteri tanpa portofolio.

      Hamid mengakui telah memberi perintah kepada Westerling dan Inspektur Polisi Frans Najoan untuk menyerang sidang Dewan Menteri RIS pada 24 Januari 1950.
      Dalam penyerbuan itu, Hamid juga memerintahkan agar semua menteri ditangkap, sedangkan Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX, Sekretaris Jenderal Ali Budiardjo, dan Kepala Staf Angkatan Perang RIS (APRIS) Kolonel T.B. Simatupang harus ditembak mati.

      Drs. Moh. Hatta turun langsung untuk berunding dengan Komisaris Tinggi Belanda. Akhirnya, Mayor Jenderal Engels yang merupakan Komandan Tinggi Belanda di Bandung mendesak Westerling untuk meninggalkan Kota Bandung. Berkat hal itu, APRA pun berhasil dilumpuhkan oleh pasukan APRIS.

      Hapus

Posting Komentar